PIK-KRR Griya Remaja desa Girimoyo membentuk remaja sehat, remaja berkualitas

Rabu, 19 Januari 2011

rusaknya moral para kaum muda

Assalamu'alaikum wr.wb.

"Memang sangat gila!", Inilah komentar Santri Mrengil ketika mengikuti Jambore Internasional di Kediri tahun 2010. Jambore ini dihadiri oleh PIK-Remaja seJawa Timur dan remaja dari 4 negara asing di Asia, antara lain Korea, Jepang, Cina dan Belanda.
Acara dikemas sangat seru. setelah pembukaan kita diakrabkan melalui out bond sampai menjelang maghrib. Acara dilanjutkan presentasi bagi PIK-Remaja yang menjadi pemenang dalam lomba PIK-Remaja seJawa Timur yang didahului oleh PIK-Remaja Sketsa karena PIK-Remaja ini pernah menjadi juara tingkat Nasional.

Nah, yang menjadi sorotan sang penulis alias Santri Mrengil ini adalah acara presentasi pola pikir dan pola hidup para remaja dari luar negara.

Kehidupan remaja di Jepang hampir sama persis seperti budaya di Bali. sebelum menikah, si perempuan harus hamil terlebih dahulu.

Ada beberapa pertanyaan dari remaja negara asing antara lain dari remaja Korea, "Mengapa para remaja di Indonesia menjaga jaraj jika dengan lawan jenis?". Dan pertanyaan tersebut sudah terjawab oleh pemateri pada saat itu dengan alasan norma, agama dan kebiasaan para remaja di Indonesia.

Saat pemateri mengajak para remaja untuk mendiskusikan masalah remaja yaitu tentang free sex yang berujung HIV/AIDS dan narkoba ada 2 orang laki-laki dari negara asing yang berkomentar. laki-laki pertama berkomentar setelah presentasi, "Di negara kami free sex sudah meraja rela dan kami bebas melakukannya dengan kondom tanpa rasa takut terkena penyakit menular seks.". Pernyataan tersebut ditanggapi oleh remaja dari Indonesia, "Kapan Anda melakukan free sex?". Dan remaja asing tersebut menjawab, "Saat ulang tahun yang ke-15.". Setelah presentasi selesai, ada salah seorang remaja yang ingin berkomentar. Dia langsung maju ke depan dan berkata, "Saya harap pemikiran yang seperti ini bisa berubah. mengapa naluri untuk free sex dikekang? mengapa tidak dibebaskan  saja? toh ada kondom."
Dengan tegas pemateri menjawab, "Ya, karena di Indonesia mempunyai cultur, religion dan adat istiadat yang kuat."

Sebenarnya kondom di Indonesia tidak dijual bebas. Aturan membeli kondom di apotek harus menunjukkan KTP atau Surat Nikah, karena kondom hanya untuk dipakai orang yang sudah menikah. tetapi karena alasan niaga kondom akhirnya dijual bebas. Pernyataan ini didapat saat penulis mengikuti acara Lokakarya Kesehatan Reproduksi Remaja bagi SMA, MA, SMK dan Pondok Pesantren Sekabupaten Malang di Hotel Montana II Malang, pada tanggal 29 Oktober 2009.


Penulis sangat bangga dengan jawaban pemateri pada remaja asing tersebut karena Indonesia masih punya harga diri dan masih bermartabat. Tetapi yang menjadi pertanyaan sebegitu hancurkah pemikiran dan pola hidup remaja di negara lain? mungkin tidah semuanya. Tetapi hal ini perlu dijadikan catatan karena agama, norma dan nilai-nilailah yang satu-satunya pantas menjadi benteng diri agar tidak terjerumus pada kegelapan. sekali lagi, save our virgin!

Apalah artinya sebuah prestasi dan ilmu jika akhlak kita rusak? jika menjaga diri saja tidak bisa bagaimana kaum muda ini menjadi pemimpin menggantikan orang-orang yang sudah lengser? padahal pemuda adalah tombak perubahan zaman!

Wassalamu'alaikum wr.wb.




By: Syahidah